Sakura

Sabtu, 01 Desember 2012

Perasaan cinta di pandang dari segi kesehatan

Pernahkah bertanya, apa yang terjadi pada tubuh ketika kita sedang jatuh cinta? Para ahli menuturkan dampak “candu” cinta ini pada hidup kita, beserta “efek samping”-nya.


                     Dr. Helen Fisher, profesor antropologi dari Rutgers University berkata, perasaan orang yang sedang kasmaran mirip dengan mabuk narkoba jenis kokain. Penyebabnya, saat kita sedang kasmaran, otak memproduksi hormon dopamin, serotonin, endorfin, dan oksitosin dalam jumlah sangat banyak.
Reaksi yang sama juga terjadi saat seseorang menyuntik dirinya dengan kokain. Hormon-hormon itu, membuat kita merasa senang dan riang. Maka semakin kuat cinta yang kita rasakan, maka dopamin pun semakin deras mengalir. “Euforia ini akan berlangsung terus selama perasaan cinta itu masih ada,” terang Fisher yang juga menulis buku Why We Love dan Why Him? Why Her?. Fisher dengan khusyuk melakukan penelitian mengenai hubungan cinta antramanusia, pernikahan, serta kaitannya dengan aktivitas otak selama puluhan tahun.
            Sedangkan menurut psikolog Winarini Wilman, Psi., cinta yang sehat adalah yang seimbang antara emosi, rasio, dan spiritual. Maka ketika cinta menjadi begitu impulsif dan tidak peduli terhadap tanggung jawab sosial maupun moral, bagi Winarini itu adalah bentuk hubungan cinta yang tidak sehat.
Agar keseimbangan cinta kita tetap terjaga, kita perlu memaksimalkan sisi positifnya, supaya pikiran tidak semata-mata tertuju pada orang yang akan kita cintai. Dari segi medis, mengoptimalkan unsure positif cinta bisa membantu meredam efek “samping” yang muncul akibat laju dopamin yang tengah mengalir deras. Bila mampu mengelola perasaan cinta secara benar, kita akan merasakan keempat manfaat berikut :
1. Lebih bersemangat
Saat kita tengah kasmaran, sebagian dari kita pasti merasakan lebih bersemangat untuk melakukan apapun. Tapi ada juga yang hidupnya kacau saat hatinya tengah dilanda cinta. Pernah dengar ungkapan, jatuh cinta membuat orang jadi malas makan dan sulit tidur? Menurut Winarini, ini terjadi apabila kita memikirkan sosok istimewa kelewat batas. “Artinya, tak menjaga keseimbangan diri dan tanpa sadar mengacuhkan aspek kehidupan yang lain.”
2. Berpikir lebih kreatif
Riset yang dilakukan oleh tiga psikolog dari University of Amsterdam menemukan, perasaan cinta dapat mendorong kita untuk berpikir lebih kreatif dan analitis. Menurut para peneliti itu, Jens Forster, Kai Epstude, dan Amina Ozelsel, saat sedang kasmaran, kita berpikir dengan cara yang berbeda dari biasanya. Kita jadi punya banyak bahan pertimbangan dan harapan, serta fokus pada masa depan.
Misalnya, ketika hendak memberi hadiah spesial untuk pasangan, kita tentu tak mau membelikan barang yang biasa-biasa saja. Kita berpikir keras untuk mengira-ngira apa yang akan membuat pasangan senang. Kita akan membuka majalah, katalog, internet, hingga mendatangi beberapa mal untuk menemukan hadiah paling sempurna bagi pasangan. Menurut para peneliti, hal ini bisa berpengaruh kepada aspek kehidupan kita yang lain, seperti dunia kerja, maupun hubungan sosial.
3. Terlihat lebih menarik
Orang yang sedang jatuh cinta, sering dibilang terlihat lebih bersinar ketimbang biasanya. Dia jadi murah senyum, ramah, dan memancarkan aura positif. Ini dipengaruhi oleh mebeludaknya laju hormon tertentu, dan akibatnya penampilan fisiknya lain dari hari-hari sebelumnya.
Hal ini dibenarkan Winarini. Menurutnya, wanita yang sedang kasmaran akan berusaha tampil lebih cantik daripada biasanya. Rasa percaya dirinya juga akan meningkat, karena ingin dipandang istimewa oleh pria yang tengah mengisi hatinya.
4. Jantung lebih sehat
Mengapa kita selalu deg-degan saat bicara dengan pria yang disukai? Ini karena otak mengirimkan pesan ke jantung agar berdetak 3 kali lebih kencang dari normal. Selain itu, suplai darah ke seluruh tubuh meningkat, sehingga menimbulkan sensasi mabuk kepayang. Demikian Dr. John Marsden, PhD., psikolog dan pengajar di London’s Institute Psychiatry.
Pada orang yang dengan masalah hipertensi, jatuh cinta akan membuat tekanan darahnya turun. Hal ini diutarakan Brooks Gump, profesor psikologi dari State University of New York di Oswego, setelah mengamati 120 relawan penderita hipertensi selama 6 hari. Gump memonitor level tekanan darah mereka saat sedang bersama pasangannya.
Riset lain yang mendukung datang dari National Institute of Medicine. Para ahli di sana melakukan pengamatan di Amerika, Jepang, dan negara-negara Skandinavia. Hasilnya, mereka yang selalu menyendiri dan tidak tinggal di lingkungan yang penuh cinta kasih, berisiko meninggal lebih cepat ketimbang yang punya pola komunikasi baik dengan pasangan. “Diduga, hubungan cinta yang positif berperan dalam melindungi diri dari risiko penyakit jantung,” kata Gump.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar