Siklus Estrus
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti
“kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan
gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku
kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang
dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi.
Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan
luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan
mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit
terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada
dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus
merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan
melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan
akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan
ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan
sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara
itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh
kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini
berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi
pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada
bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun
membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua
tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel
epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah
ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap
estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18
jam.
Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia
betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi
(menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus
(estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu
dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak
darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu
perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus
jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan
meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang
disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap
kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell,
2004).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus,
proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan
dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya
dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum
hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada
saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah
dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa
kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari
kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada fase estrus, terlihat pengaruh
estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas)
dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi
tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus,
leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan
dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi
dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai
pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal
stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan
menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5
hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen.
Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh progesteron dan
menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5
hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum
dimana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan
fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses
reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor
yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin
(gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih
berpengaruh yaitu hormon (Taw, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar